Tangannya terampil, memiliki paras cantik dan ramah.
Lily Alena (27) perempuan asli Temanggung yang hijrah ke Yogyakarta ini tak malu dengan pekerjaannya saat ini.
Sehari-hari ia bekerja sebagai penjual makanan di angkringan yang berada di Karangmloko, Sariharjo, Ngaglik, Sleman.
Tepatnya di pinggir jalan Palagan Tentara Pelajar.
Deru kendaraan yang berlalu lalang, tak menyurutkan dia dalam melayani pelanggan yang kebanyakan pria.
Senyum terus mengembang saat melayani pelanggan.
Senyum terus mengembang saat melayani pelanggan.
Terkadang ia membalas jawaban dengan bahasa Jawa halus.
Lily terlihat cekatan membuatkan teh atau kopi untuk tamu yang datang di angkringannya yang sederhana.
Namun siapa yang menyangka, dara cantik ini ternyata seorang artis. Ia memiliki pekerjaan lain yakni sebagai penyanyi.
Dari pagi hingga sore ia berdagang di angkringan. Kesibukan berlanjut saat malam.
Ia berubah menjadi penyanyi dengan baju dan riasan yang mempercantik wajahnya.
Aliran yang dipilihnya adalah lagu yang disukai sebagian besar penduduk Indonesia yakni dangdut.
"Aku memang suka menyanyi, sejak SMA suka diajak nyanyi di beberapa pesta pernikahan," ujarnya.
"Milih aliran dangdut soalnya ada tantangannya, tidak semua orang bisa menyanyi dengan khas cengkok dangdut. Aku juga suka menyanyi lagu lawas, lagu cinta zaman dulu," ujarnya.
Merantau
Kepada wartawan Tribun Jogja, Lily menceritakan tahun 2011 ia memutuskan untuk mencari pundi-pundi uang di Yogyakarta. Awalnya ia bekerja di sebuah toko pakaian.
Keinginannya ke Yogyakarta disetujui oleh kedua orang tuannya yang juga mendukung keinginan bermusiknya.
Beruntung saat sudah tinggal di Yogyakarta, ada seorang teman yang juga seorang penyanyi mengajaknya untuk kolaborasi di suatu acara.
Ajakan itu ternyata berbuntut pada tawaran nyanyinya terus berdatangan.
"Ya enggak langsung dapat tawaran, dulu sebulan belum tentu dapat. Kadang nyanyi enggak dibayar, bahkan pernah dapat bayaran Rp75 ribu," kenangnya.
Uang dari bekerja di toko dan menyanyinya ia kumpulkan. Lalu pada 2012, ia memiliki modal untuk mendirikan warung angkringan di pinggir jalan Palagan Tentara Pelajar, tepatnya di depan SDN Karangmloko, Ngaglik, Sleman.
Sambil berjualan angkringa, ia terus bernyanyi.
Lambat laun, ia semakin banyak kenal dengan pegiat musik di Yogyakarta. Ia kini memiliki jadwal reguler sendiri di tiga kafe yang berbeda di wilayah Sleman.
"Seminggu bisa nyanyi empat kali, belum kalau ada tawaran main di panggung," jelas putri dari pasangan Solihin dan Siti Alfiah.
Kini ratusan ribu setiap kali menyanyi selalu di kantonginya.
Akan tetapi hal tersebut harus diimbangi dengan rasa lelah tak kala setiap pagi hingga sore ia harus berjualan dan melayani pembeli setelah malam sebelumnya pentas di atas panggung-panggung kafe.
"Biasanya buka pagi pukul 07.00, tapi kalau malam sebelumnya ada nyanyi bisa buka pukul 09.00. Capek rasanya, bahkan pernah sakit gara-gara kecapekan," ceritanya. (tribunjogja.com)
0 comments:
Post a Comment