Dunia Wanita - Kesalahan cukup banyak dilakukan oleh pekerja medis selama ini adalah dengan langsung memotong tali pusar bayi sesaat setelah lahir. Padahal, tindakan semacam itu tidak sama sekali disarankan.
Mengapa?
Menurut The Telegraph dan dikutip merdeka.com, bayi masih harus mendapatkan manfaat dari dari placenta melalui tali pusar. Jika langsung dipotong, maka sang bayi tidak akan kekurangan zat yang seharusnya menjadi miliknya.
"Setidaknya harus menunggu dua menit sampai 5 menit sebelum tali pusar dipotong agar bayi bisa mendapatkan manfaat darah yang seharusnya menjadi haknya. Sebab jika langsung potong, anak akan memiliki masalah kesehatan, mulai dari alergi, asma, ADHD, hingga autisme," ujar Bidan Amanda Burleigh yang memprakarsai penelitian pemotongan tali pusar di London.
Burleigh mengungkapkan pula bahwa untuk mencapai penelitian tersebut, dia harus membantah teori sebelumnya yang sudah dia jalankan praktiknya selama 16 tahun. Penelitian yang panjang akhirnya membuahkan hasil di tahun 2010 dan 2011 lalu, di mana fakta baru telah ditemukan.
Yang pertama, membiarkan bayi tetap dengan tali pusar sekitar 2-5 menit dapat menambah bobot bayi. Kenaikannya cukup besar, yakni 214 gram. Yang kedua, mampu mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan saraf di masa depan.
Fakta tersebut tidak langsung diterima oleh banyak dokter kala itu. Muncul pertanyaan, apabila dibiarkan terlalu lama, bukankah akan membuat bayi menjadi kuning? Faktanya penelitian tidak mengarah ke sana. Sehingga cukup aman apabila tetap mempertahankan tali pusar bersama bayi dalam kurun waktu 2-5 menit. Bahkan, ada yang menyarankan untuk tetap tidak dipotong sampai 15 menit.
Akhirnya, November 2014 lalu The Royal College of Midwives mengubah bimbingan praktik mereka untuk tidak langsung memotong tali pusar bayi secepat mungkin. Di Inggris, kini sudah banyak yang ikut melakukan hal ini hanya untuk menyelamatkan masa depan anaknya untuk lebih baik.
"Kini saya merasa bangga. Inggris memimpin untuk melakukan praktik baru ini dan saya sebagai bidan pembimbing bagi beberapa negara, seperti Australia, Norwegia, Swedia, Pakistan, Tunisia, Israel, Turki, dan masih banyak lagi," tambah Burleigh.
Mengapa?
Menurut The Telegraph dan dikutip merdeka.com, bayi masih harus mendapatkan manfaat dari dari placenta melalui tali pusar. Jika langsung dipotong, maka sang bayi tidak akan kekurangan zat yang seharusnya menjadi miliknya.
"Setidaknya harus menunggu dua menit sampai 5 menit sebelum tali pusar dipotong agar bayi bisa mendapatkan manfaat darah yang seharusnya menjadi haknya. Sebab jika langsung potong, anak akan memiliki masalah kesehatan, mulai dari alergi, asma, ADHD, hingga autisme," ujar Bidan Amanda Burleigh yang memprakarsai penelitian pemotongan tali pusar di London.
Burleigh mengungkapkan pula bahwa untuk mencapai penelitian tersebut, dia harus membantah teori sebelumnya yang sudah dia jalankan praktiknya selama 16 tahun. Penelitian yang panjang akhirnya membuahkan hasil di tahun 2010 dan 2011 lalu, di mana fakta baru telah ditemukan.
Yang pertama, membiarkan bayi tetap dengan tali pusar sekitar 2-5 menit dapat menambah bobot bayi. Kenaikannya cukup besar, yakni 214 gram. Yang kedua, mampu mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan saraf di masa depan.
Fakta tersebut tidak langsung diterima oleh banyak dokter kala itu. Muncul pertanyaan, apabila dibiarkan terlalu lama, bukankah akan membuat bayi menjadi kuning? Faktanya penelitian tidak mengarah ke sana. Sehingga cukup aman apabila tetap mempertahankan tali pusar bersama bayi dalam kurun waktu 2-5 menit. Bahkan, ada yang menyarankan untuk tetap tidak dipotong sampai 15 menit.
Akhirnya, November 2014 lalu The Royal College of Midwives mengubah bimbingan praktik mereka untuk tidak langsung memotong tali pusar bayi secepat mungkin. Di Inggris, kini sudah banyak yang ikut melakukan hal ini hanya untuk menyelamatkan masa depan anaknya untuk lebih baik.
"Kini saya merasa bangga. Inggris memimpin untuk melakukan praktik baru ini dan saya sebagai bidan pembimbing bagi beberapa negara, seperti Australia, Norwegia, Swedia, Pakistan, Tunisia, Israel, Turki, dan masih banyak lagi," tambah Burleigh.
0 comments:
Post a Comment