SEKRETARIS Jenderal Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS), Abu Harist berkirah pengalamannya saat mengunjungi Suriah belum lama ini.
Saat itu, seorang anak kecil Suriah menyambangi dan mencolek tubuh saya, lalu dia berkata, �Amm min �aina anta(Paman dari mana asalnya,red)?�
Saya pun langsung menjawabnya, �Saya dari Indonesia, Nak.� Kemudian saya sodorkan beberapa bungkus permen kepadanya, �Ambilah, permen ini buat kamu.�
Tanpa pikir panjang, anak kecil berwajah polos tersebut menyambutnya dengan penuh gembira, �Terimakasih paman, saya sudah lama tidak makan permen seperti ini,� jawabnya dengan wajah berseri.
Di sela-sela anak kecil itu menikmati permen, saya pun melempar tanya kepadanya, �Di mana kamu tinggal, dan bagaimana dengan orang tuamu di rumah?�
Anak kecil itu pun diam sejenak, lalu dengan tegap berkata, �Saya sudah tidak punya orangtua maupun saudara. Semua dibunuh sama tentara Israel, Paman.� Dengan penuh harap dia berkata, �Bolehkah saya ikut dengan paman ke Indonesia?�
Demikian kisah perjalanan yang diceritakan Sekretaris Jenderal Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS), Abu Harist Lc, dalam acara Munashoroh Suriah dengan tema, �Negeri Syam Digempur, Umat Islam Kemana?� yang digelar di Universitas Trisakti Jakarta, Jum�at (22/10/2015) siang.
Harist yang pernah berkunjung langsung ke Suriah dalam rangka untuk menyalurkan bantuan kepada kaum muslimin, dalam pemaparannya banyak mengisahkan cerita pilu dan haru.
Peserta munashoroh terlihat begitu antusias mendengarkan kisah-kisah yang diungkapkan Harist, bahkan tampak linangan air mata dari beberapa peserta, termasuk awak media ini tatkala Harist memaparkan permintaan seorang anak kecil yang ingin ikut ke Indonesia.
Selain kisah anak kecil itu, kata Harist, ada beberapa orangtua yang juga bertanya kepada dirinya terkait dengan dari mana asalnya, Indonesia itu negara mana, termasuk wilayah mana dan sebagainya.
Harist sangat menyayangkan pertanyaan-pertanyaan tersebut kenapa bisa muncul dari kaum muslimin di Suriah. �Sungguh ironis, Indonesia yang katanya penduduknya mayoritas muslim tapi tidak di dengar oleh saudara muslim kita di Suriah.�
Hal itu, menurut Harist, akibat dari abainya pemerintahan Indonesia terhadap kondisi kaum muslimin di Suriah. �Seharusnya pemerintah kita dengan penduduk mayoritas muslim bisa mengambil peran untuk membantu rakyat Suriah.�
Pulang, Sadarkan Umat Islam!
Harist mengungkapkan sebuah kisah yang mengharukan tatkala seorang mujahidin Suriah mengatakan kepada dirinya;
�Alhamdulillah, selama puluhan tahun kami berjuang sendiri melawan musuh musuh Islam, bahkan tak sedikit yang meninggal, dari anak-anak sampai orang tua, dan tak sedikit pula perempuan yang dinodai kesuciannya. Tetapi, sekarang ini kami merasa bahagia, dan seakan-akan mendapatkan semangat kembali karena kedatangan kalian. Kami senang ternyata masih ada saudara yang peduli dengan kami di Suriah.�
�Kami akan selalu menyisipkan bagi kaum muslimin di Indonesia, dalam doa kami, dalam sujud kami, dalam tahajud kami, agar apa yang terjadi di Suriah kan pernah tidak terjadi di Indonesia.�
�WaAllahi, kami bahagia sekali atas kedatangan antum semua di sini, meskipun antum datang hanya duduk di samping kami tanpa membawa sesuatu apapun. Itu sudah memberikan semangat bagi kami para mujahidin di Suriah.�
�Jihad antum sekalian bukanlah di medan perang, tetapi jihad antum adalah bagaimana antum bisa mendokumentasikan atas apa yang sebenarnya terjadi di Suriah, kemudian sampaikan ke seluruh kaum muslimin di Indonesia, supaya mata hati mereka terbuka dan sadar.�
0 comments:
Post a Comment